RESENSI NOVEL " PADA SENJA YANG MEMBAWAMU PERGI" - BOY CANDRA
Judul
Novel : Pada Senja Yang Membawamu Pergi
Penulis : Boy Candra
Penerbit : Gagas Media, cetakan pertama 2016,
cetakan kedua 2017
Jumlah Hal : 246 Hal
Resensi
Novel ini menceritakan
tentang sepasang kekasih bernama Gien
(Gie) dan Kaila. Mereka adalah sepasang kekasih
yang telah lama menjalin kasih, namun pada hubungan mereka yang memasuki ke-2
tahun kandas. Hubungan mereka yang awalnya baik baik saja harus usai. Semua
berawal dari Gie
yang terlambat menemui Kaila pada sore itu, bertepatan dengan hari ulang tahun
Kaila dan hari jadi hubungan mereka. Kaila adalah gadis yang sangat mengingat
moment apapun dan hampir merayakan semuanya.Baginya merayakan hari jadi tiap
bulan selama satu tahun pertama adalah cara untuk menguatkan fondasi hubungan
kami dan sebagai penentuan hubungan sepasang kekasih. Dan sejujurnya Gie memang tidak begitu
suka mengingat dengan hal seperti itu. Bagi Gie, mengingat tanggal jadian tidak akan
membuat cinta semakin merekat. Karena cinta bukan diitung dengan hari,
malainkan untuk dijalani sepenuh hati.
Namun kali ini Kaila
benar – benar marah pada Gie,
dengan itu Gie
memutuskan untuk menemuinya nanti malam dirumahnya. Dan seperti biasa, dia
tidak mengizinkan Gie
untuk bertemu di rumahnya. Kami pun bertemu di taman Taman Imam Bonjol,
dinginnya malam terkalahkan oleh dinginnya sikap Kaila pada Gie. Gie mencoba memecahkan
keheningan di antara kami. Gie
meminta maaf kepada Kaila atas kejadian sore tadi, Kaila pun memotong
pembicaraan Gie
agar ia tidak melanjutkannya. Cukup baginya dan tidak ada penjelasan yang dapat
Gie katakan padanya, Kaila
pun langsung pergi meninggalkan Gie
sendiri di bangku taman pada malam itu.
Sudah dua hari Kaila marah
pada Gie, dan tidak ada kabar
darinya. Setelah mata kuliah selesai Gie
akan menemui Kaila di kampusnya, Gie
akan menunggunya sampai waktu kuliahnya selesai, setelah hampir 30 menit
menunggu dan Kaila sudah berdiri dihadapan Gie. Kami pun pergi kesebuah café dekat
alun - alun Kampus Bung Hatta, disinilah kami berdua berbincang. Tidak
lama kami bertemu Kaila mulai mengatakan bahwa dia harus mengakhiri hubungan
antara kami. Gelombang besar pantai itu menghempas tubuh Gie. Melempar Gie ke karang runcing di
pinggir pantai berbatu, lalu batu itu menusuk dada Gie. Tanpa memberikan
penjelasan yang jelas bagiku Kaila pun sekejap hilang dari pandangan Gie. Ya ini seperti mimpi,
hubungan Gie
dengan Kaila berakhir.
“Suka
tidak suka kehidupan akan terus berjalan. Namun, apakah menyembuhkan hati yang
terempas batu karang tajam semudah senja berganti malam?”
Sejak
saat itu hidup Gie
terasa berbeda dan semua terasa begitu cepat. Hari ini Gie belajar tentang kepergian, harus menerima
kepergian dan tentang sesuatu yang tumbuh setelah lama ditinggalkan. Dan kini
hanya ke tiga sahabat Gie
yang selalu menemani hari – hari Gie
tanpa Kaila. Andre, Randi, dan Putri. Mereka tahu betul bagaimana Gie dengan Kaila. Saat
mereka tau bahwa hubungan Gie
dengan Kaila kandas, mereka semua menghibur dan membantu Gie agar tidak larut dalam
kesedihan. Putri salah seorang sahabat Gie
selalu mengajak kami berlibur ditempat tempat yang ramai. Baginya keramaian dan
aktivitas yang banyak kita lakukan dapat membatu kita agar mudah melupakan masalalu.
Andre adalah sahabat Gie
yang selalu memaikan laptopnya, walaupun
Andre seorang jomblo tapi dia selalu bahagia karena dia masih bias bermain
dengan laptopnya. Ya wajar saja Andre memiliki pengalaman buruk dalam masalah
cinta yang membuatnya trauma untuk berpacaran lagi. Dan yang terakhir Randi,
sahabat Gie
yang satu ini sangat bertolak belakang dengan sikap Andre. Di antara kami
memang Randilah yang memiliki wajah yang tampan dan badan yang di idolakan
semua wanita, dan untuk masalah wanita Randi sangat ahli. Hanya bermodalkan
rayuannya saja banyak wanita yang tergila – gila padanya.
Kesedihan
Gie membuatnya lupa bahwa
ia harus segera menuntaskan nilai kuliah,dan untuk sesegera mungkin memulai membuat skripsi.
Rasa takut akan tidak fokusnya pikiran Gie
untuk membuat skripsi pun muncul, karna bayangan Kaila sering kali hadir
disetiap Gie teringat
akan kenagan bersamanya. Tapi Gie
harus segera mengambil tindakan, dan
harus segera mencari dosen pembimbing untuk membantu memulai membuat
skripsi.
Enam
bulan pun berlalu, pikiran Gie
yang dihantui oleh Kaila kini mulai hambar. Dan belum lama ini Gie bertemu dengan
seseorang gadis yang tidak sengaja bertemu di Wisata Tirta Alami. Kami kembali
bertemu disaat yang tidak disengaja, saat dilaksanakannya Wisuda di gedung
dekat sekertariat BEMF. Dalam kesempatan ini Gie memanfaatkan untuk berkenalan dengan gadis
yang bernama Aira, dan meminta nomer telfonnya untuk dapat berhubungan lebih
lanjut.
Seiring berjalannya
waktu kedekatan Gie
dan Aira semakin terlihat.Kami menyempatkan diri untuk bertemu kembali, tetapi
setiap bertemu Gie
dan Aira tidak pernah bisa bertemu lama, hanya satu jam untuk mereka bisa
betemu.
Semakin
hari Gie makin merasakan bahwa
dia merasa jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Aira. Sahabat – sahabat Gie juga merasa bahwa Gie sudah dapat melupakan
Kaila, hari – hari nya kini di lewati bersama gadis itu, ya Aira memang
berbeda. Setiap kali Gie
mengajaknya pergi berkencan, Aira selalu menolak jika Gie menawarkannya bertemu
di cafe. Aira hanya senang bertemu di sebuah taman karena Aira sangat menyukai
pemandangan dan sejuknya taman.
Selama
beberapa bulan ini Gie
dan Aira sering bertukar pikiran tentang masalalu kita, ya tentu saja Gie bercarita tentang
masalalunya dengan Kaila, gadis yang memutuskannya 1 tahun lalu.
”Setahuku,
perempuan tidak suka menceritakan hal – hal yang di alami pada masa lalu,
apalagi kepada orang yang baru dia kenal”
“
Pertemuan yang dibangun dengan kisah – kisah yang kuat akan menjadikan
perpisahan terasa berat”
Terlepas
dari urusan cinta, kali ini Putri sahabat Gie
telah menjadi sarjana. Ya rasa bangga dan sedih kami rasakan, Gie, Randi, dan Andre
senang karena Putri adalah mahasiswi pertama yang memulai sidang skripsi dan
telah lulus menjadi sarjana. Namun rasa sedih juga terasa karena cepat atau
lambat Putri akan pergi meninggalkan kami bertiga untuk meneruskan
pendidikannya ataupun untuk kembali ke Jakarta. Benar saja, kami harus berpisah
dengan Putri yang memilih untuk pindah ke Jakarta dan meninggalkan kami. Putri
yang selalu memeberi kami semangat saat kami bermalas – malasan mengerjakan
tugas kuliah, Putri juga yang sering
memberikan ide ide cemerlang saat kami sedang merasa suntuk. Tetapi kini kami
harus merelakan Putri pergi ke Jakarta, Gie,
Andre, dan Randi harus tetap melanjutkan kuliah hingga kami semua menjadi
sarjana.
“Untuk Gien.
Halo Gie, kamu pasti kaget ya dapat surat dari aku
:p
Baiklah, aku tidak ingin bercanda
lebih banyak lagi. Aku tidak tahu apakah ini saat yang tepat atau tidak untuk mengirimkan
surat kepadamu. Namun, aku rasa inilah saatnya aku harus menjelaskan semuanya.
Ada hal – hal yang tidak bisa lagi kusembunyikan sendiri.
Gie...., aku tidak tahu apakah ini
bisa di sebut cinta? Namun, satu hal yang aku rasakan. Aku selalu berusaha
untuk tidak terlihat jatuh cinta padamu. Meski pada kenyataan saat aku sendiri,
aku tidak bisa memungkiri, aku merindukanmu.
Kau tau, Gie? Diam – diam aku suka
menatap bulu yang lebat seperti ulat bulu itu. Aku pasti akan merindukan semua
itu. Terima kasih untuk semuanny Gie. Untuk perasaan – perasaan yang jatuh
bersama hujan. Untuk manisnya senja. Untuk tatapanmu yang terpaksa kuelakkan.
Aku benar – benar tidak sanggup menatapmu. Juga pada obrolan – obrolan kita.
Sejak beberapa tahun lalu, aku
menyampaikan untuk kuliah di Jepang. Aku berusaha sepenuh hati untuk
mendapatkan beasiswa kesana. Dan saat aku mendapatkan impian itu, aku bertemu
denganmu. Yang harus kuakui membuatku jatuh hati. Meski selama ini aku harus
bersikap tak acuh kepadamu, aku hanya tidak ingin membuatmu terluka.
Maaf,
jika ini membuatmu kaget. Semuanya seolah mendadak. Tapi aku sudah menyiapkan
ini sejak lama. Salah satu alasan kenapa aku tidak bisa membuka diri sepenuhnya
terhadapmu, sebab aku takut. Perasaan ini bisa merusak semua impianku. Aku
takut terluka, Gie.
Gie...., saat kamu membaca surat ini
mungkin aku sudah di Sendai shi- Aoba.
Atau mungkin sedang di kampusku, Tohok
University Japan. Tahun ini adalah
semester pertamaku. Di sini tidak akan ada senja seperti di Panorama Sitinjau
Lauik. Tidak ada kamu juga di sini, Gie. Tapi, aku tidak akan pernah
melupakanmu.
Gie..., sekali lagi maaf, aku tidak mengabarimu lebih cepat. Maaf juga aku
harus pergi tanpa pamit dulu kepadamu. Bukan karena aku ingin melukaimu,
melaikan aku tidak sanggup menatap matamu yang harus kutinggalkan. Jujur saja,
aku masih melihat seseorang yang kau
simpan dimatamu. Meski kamu tidak mengatakannya padaku. Aku bisa merasakannya,
Gie. Namun, perasaanku jauh lebih dalam dari semua yang kulihat di matamu. Itulah
mengapa aku menulis surat ini.
Aku jatuh hati kepadamu. Namun, aku
terlalu pengecut untuk menerima resiko terluka olehmu. Gie..., percayalah apa
pun yang kau simpan di matamu, aku tetaplah orang yang lemah untuk menolak
kenyataan, aku mencintaimu.
Jika suatu hari nanti Tuhan tidak
berkenan lagimempertemukan kita, simpanlah semua yang pernah kau rasakan
dihatimu. Aku akan selalu menyimpannya di hatiku.
Maaf, sekali lagi jika surat ini
membuatmu kecewa.
- Aira Darmawan
“Namun
sepahit apa pun perpisahan, sepedih apa pun kehilangan, hidup harus tetap
berlanjut”
“ Mencintai dan
tetap memilih bertahan pada perasaan yang terasa sejak awal memang sudah
menjadi pilihan untuk hidupku”
Komentar
Posting Komentar